Hujan hewan dan darah. Ini adalah salah satu topik yang paling sering dibahas oleh para blogger misteri. Namun fenomena ini menjadi lebih familiar di telinga kita akhir-akhir ini karena siaran-siaran televisi mengkaitkannya dengan fenomena mistik (walaupun fenomena yang disinggung sebenarnya telah berlangsung beberapa tahun yang lalu). Karena itu, tidak ada salahnya kita kembali mereview fenomena ini dan melihat kaitannya dengan dunia sains.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfphmcCYDbrLqcmGuwk1MAZ6-4a9hAb6YkkHCferhMfr69GXoabTRhN-b84B8Pzc0_u6OIIruLCbkoRm5LUumbsBw1ONos2pdmgn5q8zuc3yFj5MIgEbgVLM2gJfU_-GvXa5Gn_8SNFTXv/s1600/250px-478px-Pluie_de_chats.jpg)
Ketika kita mendengar nama "
hujan
hewan", mungkin kita segera beranggapan kalau sebutan ini adalah sebuah
idiom. Tetapi, sesungguhnya nama ini benar-benar mencerminkan peristiwa yang
sebenarnya, yaitu jatuhnya hewan-hewan seperti ikan atau kodok ke bumi. Walaupun
berhubungan dengan hewan, fenomena ini lebih sering dikaitkan dengan fenomena
meteorologi. Kita akan melihat sebabnya nanti.
Fenomena ini tidak
terbatas pada jatuhnya hewan-hewan saja, melainkan juga materi-materi organik
lainnya seperti daging atau darah.
Walaupun baru dihebohkan akhir-akhir
ini oleh beberapa siaran televisi, catatan mengenai keberadaan fenomena ini
sebenarnya telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Contohnya
Pliny the elder, seorang sejarawan Romawi kuno
yang hidup pada abad ke-1 Masehi, pernah menyebutkan mengenai adanya badai kodok
dan
ikan.
Jadi,
fenomena ini jelas bukan sesuatu yang baru.
Lalu, apa yang
menyebabkannya? apakah fenomena ini berkaitan dengan peristiwa mistik?
Jawabannya:
tentu saja tidak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgciIC3NH_svBhyphenhyphenyTatxIiGaALiEtzaU9YjGoUETR05m0Szm3ZCoJnImdymlZtPuF5T1bxwY3lOTSD6exxqPwvrPTgR7tEhkN2kZc1Xq69_84ebNObY7fwM5sm3F8V4vXRgBY8Uz-7GmpSd/s1600/TWISTER1.jpg)
Penyebab Fenomena
Pernahkah kalian menonton film berjudul Twister?
Dari judulnya saja, kita tahu kalau film ini bercerita mengenai tornado. Dalam salah satu adegan, kita bisa melihat sebuah tornado berskala 5 mengamuk dengan ganas. Setiap benda yang dilewatinya dihisap dan terangkat ke langit, entahkah itu rumah, pohon, sapi atau bahkan sebuah truk berukuran besar.
Setelah beberapa lama terbang di langit, ketika kekuatan tornado melemah, benda-benda yang diterbangkannya akan terhempas kembali ke bumi. Dengan kata lain terjadi hujan puing, pohon, truk dan tentu saja sapi.
Sama seperti apa yang digambarkan di film tersebut, fenomena hujan hewan kebanyakan disebabkan oleh angin tornado, baik yang terbentuk di darat atau di perairan (waterspout).
Salah satu deskripsi yang meneguhkan kesimpulan ini dapat ditemukan pada cuplikan berita yang dimuat di sebuah harian di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Juli 1901:
"Ketika badai sedang bertiup dengan kencang-kencangnya, terlihat sebuah kumpulan besar berwarna hijau seperti sedang turun dari langit, lalu terdengar suara rintik-rintik aneh. Ketika badai reda, para penduduk menemukan berbagai jenis katak menutupi area seluas lebih dari empat blok, bahkan di beberapa ruas jalan, jumlah katak sangat banyak sehingga jalan itu tidak dapat dilewati."
Dalam kondisi badai petir, sebuah tornado mini bisa terbentuk. Ketika tornado mini ini bergerak melewati air dimana terdapat ikan atau kodok, angin ini akan mengangkat hewan-hewan tersebut hingga sejauh beberapa mil. Cepat atau lambat, hewan-hewan tersebut akan jatuh ke bumi. Dalam beberapa kasus, ada hewan yang masih hidup ketika jatuh ke bumi. Dalam kasus lain, hewan-hewan tersebut sudah berada dalam kondisi mati atau membeku.
Selain karena tornado yang terbentuk di darat, Hujan hewan juga bisa disebabkan oleh tornado yang terbentuk di perairan yang biasa disebut waterspout. Kolom udara ini diperkirakan telah menghisap hewan-hewan yang ada di air dan membawanya terbang hingga menjatuhkannya ke tempat lain yang berjarak cukup jauh. Ini bisa menjelaskan mengapa dalam banyak kasus hujan hewan, hanya ditemukan hewan-hewan air tanpa adanya benda-benda darat seperti rumput atau kayu.
Hujan hewan lainnya
Dari antara fenomena hujan hewan, hujan ikan adalah yang paling umum terjadi. Misalnya, peristiwa hujan ikan di Singapura yang terjadi pada tahun 1861. Lalu di Rhode Island pada tahun 1900 atau di India pada tahun 2009.
Yang menarik adalah, fenomena hujan ikan yang terjadi setiap tahun antara bulan Mei dan Juli di Honduras dan telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Sebelum hujan ikan terjadi, memang para penduduk selalu melaporkan adanya badai petir yang mendahului.
Selain ikan, hewan lainpun tidak luput dari cengkeraman sang tornado.
Pada tanggal 1 Agustus 1869, seekor sapi dikabarkan jatuh dari langit di California. Peristiwa serupa juga dilaporkan pada tahun 1876 di Kentucky. Sekarang, dengan adanya teknologi kamera perekam, sapi yang dibawa angin dan jatuh bukan lagi sesuatu yang aneh. Ya, walaupun hanya satu ekor, sapi yang jatuh pun disebut "hujan sapi".
Pada tahun 1894, di kota Bath, Inggris, terjadi hujan ubur-ubur.
Pada tanggal 6 April 2007, terjadi hujan laba-laba di propinsi Salta, Argentina.
Pada tanggal 11 Juli 2007, terjadi hujan cacing di Louisiana, Amerika Serikat. Cacing-cacing ini
dipercaya terbawa semburan angin dari Lacassine
Bayou yang jaraknya 5 mil dari lokasi peristiwa.
Pada Juni 2009,
terjadi hujan ikan dan kecebong di perfektur Ishikawa, Jepang. peristiwa Ishikawa ini adalah
peristiwa yang paling banyak diberitakan oleh televisi Indonesia akhir-akhir
ini.
Lalu, pada tanggal 11 Maret 2010,
saya memposting mengenai
peristiwa
jatuhnya lebih dari 100 ekor burung jalak di
Somerset, Inggris, yang dilaporkan oleh seorang
perempuan bernama
Julie Knight. Walaupun
peristiwa ini belum tentu disebabkan oleh angin, tetapi peristiwa inipun bisa
disebut sebagai
"hujan
burung".
Namun, masih ada satu misteri yang meliputi fenomena
hujan hewan. Teori tornado mini memang dianggap bisa menjawab cara membawa
hewan-hewan tersebut ke darat, namun para peneliti masih berusaha memahami
mengapa pada umumnya hanya satu jenis hewan yang jatuh ke bumi setiap kali
hujan. Teka-teki ini masih belum mendapatkan pemecahannya hingga saat ini.
Hujan Materi
OrganikSama dengan fenomena hujan hewan, masih ada
bagian-bagian dari fenomena hujan organik yang belum dapat dipahami sepenuhnya
oleh para peneliti.
Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan hujan
materi organik adalah peristiwa hujan daging segar yang terjadi pada tanggal 9
Maret 1876 di
Olympia Springs, Amerika
Serikat. Menurut saksi mata bernama
Allen
Crouch, potongan-potongan daging kecil berjatuhan dari langit di halaman
rumahnya seperti butiran salju. Dua pria yang meneliti gumpalan daging itu
menyimpulkan kalau daging itu kemungkinan adalah daging menjangan atau domba.
Sebagian orang menduga kalau daging itu berasal dari domba-domba yang tercincang
ketika terbawa angin.
Lalu, yang kembali dihebohkan pada akhir-akhir ini
adalah
hujan merah atau hujan darah
Kerala yang terjadi pada Juli 2001 di India.
Hujan darah
Kerala Pada tanggal 13 Mei 2009,
saya pernah memposting mengenai
topik ini secara ringkas. Namun, pada
tulisan
tersebut saya memang belum menyampaikan hasil kesimpulan resmi para
peneliti. Karena itu saya akan sedikit membahasnya kembali.
Pertama kita
harus tahu kalau istilah "
hujan darah"
tidak berarti benar-benar terjadi hujan darah hewan atau manusia. istilah
"darah" hanya digunakan untuk merujuk kepada materi air yang berwarna merah.
Walaupun langka, namun peristiwa
"hujan
darah" bukan sesuatu yang asing dalam dunia sains. Contohnya, peristiwa
serupa juga pernah terjadi di
Columbia
pada tahun 2008.
Beberapa peneliti telah mengajukan teori mengenai hujan
merah Kerala. Salah satunya adalah teori yang mengatakan kalau materi merah yang
bercampur dengan air hujan itu adalah darah sejumlah besar kelelawar yang
terbunuh ketika melewati badai.
Sebagian lain percaya kalau warna merah
itu adalah pasir gurun yang terbawa angin dan jatuh bersamaan dengan
hujan.
Lalu, ada lagi teori yang menyebutkan kalau partikel merah itu
sebenarnya adalah debu meteor. Pada kasus "
Hujan
darah" yang terjadi di
Sisilia
pada tahun 1872, peneliti berhasil menemukan adanya kandungan besi merah yang
membuat mereka mengambil kesimpulan kalau partikel merah itu diakibatkan oleh
debu meteor.
Sebagian lagi percaya kalau warna merah itu mungkin
disebabkan oleh sejenis bakteri karena peristiwa serupa (walaupun bukan berupa
hujan) pernah terlihat di Antartika dimana
saljunya
mengeluarkan cairan merah seperti darah.
Saya pernah memposting mengenai ini
pada tanggal 14 Mei 2010.
Namun, mengenai hujan darah Kerala sendiri,
pemerintah India bersama
Centre for earth Science
Studies telah mengeluarkan pernyataan resmi kalau penyebab warna merah
tersebut adalah
spora sejenis
alga yang termasuk ke
dalam genus
Trentepohlia. Alga jenis
ini memang banyak terdapat di wilayah Kerala.
Penemuan ini didukung oleh
Seffield University yang bersama dengan
Dr.Chandra Wickramasinghe telah lama
mempelajari
spora stratosferik secara
mendalam. Dr.Wickramasinghe mengatakan kalau partikel merah pada hujan Kerala
mirip seperti jamur karat dan ia juga menegaskan tidak adanya darah pada hujan
tersebut.
Namun, walaupun penyebab warna merah pada air hujan telah
diketahui, para peneliti masih belum bisa memastikan bagaimana spora itu bisa
menyebar dalam jumlah besar. Tetapi paling tidak, kita tahu kalau peristiwa ini
sama sekali tidak berhubungan dengan sesuatu yang mistik.
Peristiwa Nelayan Jepang
dan Sapi LangitSebelum saya akhiri tulisan ini,
saya ingin menceritakan sebuah
kisah untuk kalian para pembaca. Kisah ini mengenai seekor sapi yang jatuh dari
langit.
Pada tahun 1997, Tim penyelamat Jepang berhasil menyelamatkan
sejumlah nelayan yang telah berpegangan di puing-puing kapal mereka di laut
lepas selama beberapa jam.
Yang menarik adalah, pengakuan mereka mengenai
penyebab tenggelamnya kapal mereka.
Menurut nelayan-nelayan itu, seekor
sapi
telah jatuh dari langit, menimpa kapal mereka dan menyebabkannya tenggelam.
Pihak berwenang yang mendengar pengakuan ini mengira mereka sedang bercanda dan
segera menjadi gusar. Lalu, para nelayan yang malang itu segera dimasukkan ke
dalam penjara.
Tidak lama kemudian, angkatan udara
Rusia
menginformasikan kepada pihak otoritas Jepang kalau salah satu kru mereka telah
mencuri seekor sapi untuk dipotong. Sapi itu kemudian dimasukkan ke dalam
pesawat dan dibawa terbang. Ketika pesawat sedang mengudara, sapi itu menjadi
marah dan mulai mengacaukan situasi, mungkin karena panik atau mabuk
udara.
Untuk menyelamatkan pesawat yang sedang terbang, para kru
memutuskan untuk melempar sapi itu keluar.
Dan akhirnya, kita mendapatkan
sebuah kapal penangkap ikan yang tenggelam dan para nelayannya yang berjuang
memegang puing-puing kapal sambil berusaha merenungkan peristiwa yang baru saja
menimpa mereka.
Ini baru namanya hari yang sial.
Jadi, ketika kita
melihat keluar dan masih melihat tetesan air bening yang turun ke bumi, mungkin
kita harus mengucap syukur karenanya (ingat nasib para nelayan Jepang).
(
wikipedia,
bbc.co.uk,
rulesmasters.com,
thelivingmoon.com)
Sumber:
Langsung Ke TKP